Sedangkan jaringan WiFi yang menggunakan sebuah Access Point Router untuk menghubungkan antara semua client dengan sumberdaya jaringan lainnya disebut jaringan WiFi mode Infrastruktur.
Berikut adalah beberapa keuntungan dari sebuah jaringan wireless ad-hoc :
1. Jaringan wireless Ad-hoc sangat sederhana dalam men-setup nya, hanya dengan menancapkan adapter wireless dilaptop atau komputer, lalu configur softwarenya dan kitapun sudah bisa melakukan komunikasi antar laptop atau komputer
2. Jaringan Ad-hoc murah karena kita tidak memerlukan Access Point
3. Jaringan Ad-hoc cepat, rate throughput antar adapternya dua kali lebih cepat daripada kita menggunakan wireless access point dalam topologi infrastruktur.
Jaringan Ad Hoc dilihat dari
sisi topologi jaringan merupakan kumpulan dari beberapa node jaringanwireless multihop yang
dinamis. Setiap nodenya
mempunyai interface wireless untuk
berkomunikasi dengan node lainnya.
Jaringan Ad Hoc mempunyai
infrastruktur node jaringan
yang tidak permanen. Jaringan ini terdiri atas beberapa node yang bersifat
mobile dengan satu atau lebih interface pada setiap nodenya.
Setiap node pada
jaringan Ad Hoc harus
mampu menjaga performance trafik paket data dalam jaringan akibat sifat
mobilitas node dengan
cara rekonfigurasi jaringan. Sebagai contoh, jika ada node yang bergeser
yang mengakibatkan gangguan berupa putus jaringan, maka node yang mengalami
gangguan tersebut dapat meminta pembentukan rutelink baru untuk meneruskan pengiriman
paket data. Beberapa contoh penerapan jaringan Ad Hoc antara lain pembangunan jaringan
komunikasi di medan perang untuk beberapa lokasi, pusat-pusat komunikasi di
daerah bencana alam, sarana koneksi internet pada stand-stand suatu
event/pameran dimana tidak dimungkinkan untuk membangun jaringan kabel atau
ketidaktersediaan jaringan kabel.
Karakteristik
Jaringan Ad Hoc
Node-node pada
jaringan Ad Hoc tidak
hanya berperan sebagai pengirim dan penerima data, namun dapat berperan sebagai
penunjang node yang
lainnya, misalnya mempunyai kemampuan layaknya Router. Dengan demikian diperlukan
adanya routingprotokol
dalam jaringan Ad
Hoc untuk menunjang proses kirim terima antar node-nodenya. Berikut beberapa
karakteristik jaringanAd
Hoc :
a.
Multiple wireless link :
setiap node yang mempunyai
sifat mobility dapat memiliki beberapa interface yang terhubung ke
beberapa node lainnya.
b.
Dynamic topology :
dikarenakan
sifat node yang
mobile, maka topologi jaringannya dapat berubah secara random/acak. Sebagai
akibatnya routing protocol
mempunyai masalah yang lebih kompleks dibandingkan dengan jaringan wired
dengan node yang
tetap.
c.
Limited resources :
seperti
jaringan wireless lainnya,
jaringan Ad Hoc dibatasi
oleh masalah daya dan kapasitas memori.
Routing Protokol
pada Jaringan Ad Hoc
Routing adalah
mekanisme penentuan link dari node pengirim ke node penerima yang
bekerja pada layer 3 OSI (Layer Network).
Protokol routing diperlukan
karena untuk mengirimkan paket data dari node pengirim ke node penerima akan
melewati beberapa node penghubung
(intermediate node),
dimana protokol routing berfungsi
untuk mencarikan route
link yang terbaik dari link yang
akan dilalui melalui mekanisme pembentukan tabel routing. Pemilihan route terbaik
tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti bandwith link dan jaraknya.
Jaringan Ad Hoc memiliki
dua model protokol routing.
Pertama, protokolrouting yang
bersifat reaktif (reactive), dimana tabel routing dibentuk jika ada permintaan
pembuatan route link baru atau perubahan link.
Kedua,
protokol routing yang
bersifat proaktif (proactive), dimana tabel routing dibentuk dan diupdate setiap
waktu (secara kontinu) jika terjadi perubahan link, maka routing protokol pada jaringan Ad Hoc dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
Berikut
akan dijelaskan beberapa dari protokol routing diatas.
Destination Sequenced Distance Vector (DSDV)
Prinsip
kerja protokol routing ini
mengacu kepada algoritma penentuan route Bellman-Ford
berdasarkan nilai pembobotan setiaplink.
Setiap node menjaga
tabel routingnya
yang berisi arah tujuan, jumlah hop setiap tujuan dan sequence number. Proses
updaterouting dilakukan
secara periodik. Protokol routing ini
bebas dari kejadian looping
route. Tetapi salah satu kelemahan DSDV adalah tidak
mendukung multipath
routing (routing ke
banyak tujuan).
Source Tree Adaptive Routing (STAR)
Protokol routing ini tidak
membutuhkan update
routing secara periodik.
Signal Stability Routing (SSR)
SSR
memilih route berdasarkan
kuat sinyal antar node dan
terbagi atas dua protokol, Dynamic
Routing Protocol (DRP) dan Static Routing Protocol (SRP). DRP
bertanggung jawab untuk menjaga tabel stabilitas sinyal dan tabel routing. SRP memproses
paket dengan melewatkan paket ke link dengan
intensitas sinyal yang lebih besar.
Dynamic Source Routing (DSR)
Protokol routing ini bekerja
berdasarkan routing dari node sebelumnya. Node akan meng-update route berdasarkan route baru yang
didapatnya. Proses routing terdiri
atas dua bagian, route
discovery dan route
maintenance. Route discovery digunakan untuk meminta dan
meneruskan informasi route. Route maintenance digunakan
untuk informasi kejadian kesalahan route danacknowledgements. Sama
halnya dengan AODV, protokol ini akan membebani link. Semakin besar
jaringan, control
packets danmessage
packets akan semakin banyak, yang akan berakibat meminta
alokasi bandwith.
Temporary Ordered Routing Algorithm (TORA)
Protokol routing ini bersifat
adaptif dan bebas dari kemungkinan looping sehingga sangat cocok untuk kondisi
jaringan yang berubah-ubah. Node pengirim
menyediakan beberapa route untuk
ke node tujuan,
sehingga jika satu route gagal
dapat digunakanroute lain.
Dengan adanya banyak route dari node pengirim, maka
pengiriman paket data dapat tidak terganggu saat pertama kali terjadinya
perubahan jaringan. Terjadi 3 proses didalam protokol ini, yaitu route creation,
route maintenance dan route
erasure
.
Ad Hoc
on Demand Distance Vector Routing (AODV)
Protokol routing ini mengacu
kepada protokol routing DSDV
dengan penambahan fungsi broadcast untuk meminta route. Protokol ini mampu
menangani perubahan topologi dan bebas dari looping route. Ketika suatu route dibutuhkan oleh
suatu node,
maka node tersebut
akan mem-broadcast pesan ”route request” ke
semua link.
Respon dari pesan tersebut kemudian dikirim balik olehnode penerima atau
intermediate node yang
berisi route baru
untuk ke node tujuan.
Relative
Distance Microdiversity Routing (RDMAR)
Protokol routing ini
memperkirakan jarak, radio loop antar node menggunakan
algoritma estimasi jarak Zone
Routing Protocol (ZRP) Protokol routing ini berbasis zone atau clustering. Protokol routing ini
menerapkan metode clustering seperti
pada CSGR, tetapi setiap nodenya
bersifat sebagai node pemimpin
dan juga anggota dari cluster lainnya. Sementara pada CSGR setiap cluster hanya mempunyai
satu node pemimpin.
0 komentar:
Posting Komentar