Jangan Mudah Memaafkan Pasangan

Ini cukup efektif membuat jera pasangan agar tak sering bersikap buruk dan menyakiti.
Selasa, 25 Januari 2011, 18:06 WIB
Pipiet Tri Noorastuti, Mutia Nugraheni

VIVAnews - Jangan terbiasa mudah memaafkan kesalahan pasangan. Berdasar penelitian University of Tennessee, Amerika Serikat, membiarkan rasa 'dendam' sesaat cukup efektif membuat jera pasangan agar tak sering bersikap buruk dan menyakiti.

Penelitian ini melibatkan sejumlah pasangan pengantin baru. Hasilnya, pasangan yang terbiasa langsung memaafkan, cenderung lebih sering menghadapi perilaku buruk dari pasangannya. Itu jika dibandingkan dengan pasangan yang tidak mudah memaafkan.

Para peneliti melihat perlunya mempertimbangkan risiko pemberian maaf. "Mendengarkan alasannya memang tidak jadi masalah. Tetapi, mungkin beberapa hal bisa jadi penyimpangan penilaian," kata salah satu peneliti, James McNulty, seperti dikutip dari Times of India.

"Seringkali seseorang yang bersalah akan mengatakan, "Kamu mungkin akan merasa lebih baik jika memaafkanku". Tetapi, pertanyaannya apa yang akan terjadi setelah itu," katanya setelah menganalisa kehidupan para pengantin baru selama satu minggu.

Mereka yang terbiasa langsung memaafkan kesalahan pasangannya memiliki risiko dua kali lebih mungkin mendapat tindakan buruk pasangannya pada hari berikutnya. Ini membuka kemungkinan bahwa mereka yang sulit memaafkan pasangan akan mendapat perlakukan lebih baik.

"Saya telah mengukur. Pada dasarnya, orang pemaaf dan cenderung memiliki pasangan yang selalu melibatkan agresi verbal dan fisik. Ini seperti 'jika saya pemaaf, Anda akan terus bertindak agresif," kata Mcnulty.  (umi)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar